Imam As-Suyuthi berkata di Kitab beliau Al-Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘An Al-Ibtida’:
“Mencari-cari tahu perkara yang ghaib
Termasuk bid’ah (perkara yang diada-adakan dalam agama), adalah mencari tahu kejadian-kejadian yang akan datang dari para ahli nujum (astrologi) dan orang-orang yang meramal dengan menggunakan kerikil, gandum dan semisalnya.
Padahal Allah telah berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُون
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS. An-Naml: 65)
Dan telah datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
من أتى عرافاً أو كاهناً فصدقه فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal (arraf) atau dukun (kahin), kemudian membenarkan (apa yang diberitakan keduanya), maka sungguh dia telah kufur dengan yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.”
Arraf (tukang ramal) adalah orang yang mengaku tahu barang yang dicuri, tempat hilangnya sesuatu dan semisalnya.
Sedang kahin (dukun) adalah para ahli nujum (astrologi) dan orang-orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara ghaib.”
Selesai nukilan dari Al-Imam As-Suyuthi rahimahullah.
Kesimpulan:
1. Tentang mendatangi dukun dan tukang ramal:
a. Orang yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan beritanya, dia telah kufur kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits di atas.
Orang yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan beritanya, dia telah kufur kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits di atas
b. Sedangkan orang yang mendatangi dukun dan menanyainya, walau tidak membenarkannya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"من أتى عرافًا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة"
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, kemudian menanyainya tentang sesuatu, tidak akan diterima sholatnya selama 40 (empat puluh) hari.” (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa:
وَأَمَّا عَدَم قَبُول صَلَاته فَمَعْنَاهُ أَنَّهُ لَا ثَوَاب لَهُ فِيهَا وَإِنْ كَانَتْ مُجْزِئَة فِي سُقُوط الْفَرْض عَنْهُ ، وَلَا يَحْتَاج مَعَهَا إِلَى إِعَادَة. اهـ
“Adapun tentang tidak diterimanya sholat dia, maknanya: bahwa dia tidak akan mendapat pahala sholat, meskipun sholat itu sah untuk menggugurkan kewajiban dari dirinya. Dia tidak perlu mengulangi sholatnya.”
Orang yang mendatangi dukun dan menanyainya, walau tidak membenarkannya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari.
2. Perkara-perkara ghaib itu tidak ada yang tahu kecuali Allah, kalaupun berita dukun itu benar, mungkin itu pas bertepatan atau dia mendapat wangsit dari setan yang mencuri berita dari langit dari perbincangan para malaikat. Itupun dilakukan setan-setan dengan susah payah, kadang berhasil mencuri satu berita kadang tidak. Kadang dia sudah terkena lemparan meteor sehingga dia terbakar dan mati.
Dalam satu hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan:
"إذا قضى الله الأمر في السماء ضربت الملائكة بأجنحتها خضعاناً لقوله، كأنه سلسلة على صفوان ينفذهم ذلك. {حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ} فيسمعها مسترق السمع. ومسترق السمع هكذا بعضهم فوق بعض. فيسمع الكلمة فيلقيها على من تحته، ثم يلقيها الآخر من تحته، حتى يلقيها عن لسان الساحر أو الكاهن، فربما أدركها الشهاب قبل أن يلقيها، وربما ألقاها قبل أن يدركه، فيكذب معها مائة كذبة، فيقال: أليس قد قال لنا يوم كذا وكذا: كذا وكذا، فيصدق بتلك الكلمة التي سمعت من السماء".
“Jika Allah menetapkan suatu perkara di langit, para malaikat memukulkan sayap-sayap mereka karena tunduk dengan firman-Nya, seakan-akan suara ucapan itu adalah suara rantai besi yang diseret di atas batu keras yang sangat keras, hingga bila telah hilang rasa takut dari hati para malaikat itu, mereka saling berkata: “Apa yang telah dikatakan Rabb kalian.” Mereka menjawab: “kebenaran. Dan Dia Maha Tinggi dan Maha Besar.”
Kemudian setan pencuri berita langit mendengarnya, sedangkan setan pencuri berita itu demikian (saling bertumpuk), sebagiannya berada di atas yang lain. Dia mendengar satu kaliat, kemudian dia berikan kepada setan yang ada di bawahnya, sampai setan yang terakhir memberikan kepada tukang sihir atau dukun. Kadang meteor mengenainya sebelum dia memberikan berita itu kepada yang di bawahnya. Dan kadang dia telah memberikan berita itu sebelum meteor mengenainya.
Kemudian dukun itu mencampur berita langit itu dengan seratus kedustaan, sehingga orang-orang pun mengatakan: ‘Bukankah si dukun itu telah mengatakan kepada kita pada hari ini dan itu akan terjadi demikian dan demikian.’ Sehingga dukun tersebut dianggap benar dengan satu perkataan yang didengar dari langit itu.”
3. Begitulah setan berusaha membuat manusia kufur bersama dengan para tukang ramal dan dukun, para setan itu mengorbankan nyawanya untuk mengkufurkan manusia.
4. Sedang para dukun dan tukang ramal senang dengan profesinya untuk mendapatkan satu kepentingan dunia, baik berupa: kedudukan, pujian, harta-benda, kamasyhuran dan lainnya.
5. Apapun sebutannya bila perbuatannya sama seperti dukun dan tukang ramal maka dikelompokkan seperti itu, apakah namanya: paranormal, orang pinter, ahli hujum, ahli supranatural, rohaniawan, kyai (palsu) dan lainnya.
6. Sedang memperkirakan (bukan memastikan) terjadinya sesuatu dengan tanda-tanda yang nampak bisa ditangkap dengan indera dan peralatan seperti memperkirakan hujan, gempa, angin dan lainnya itu bukan termasuk mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Karena orang yang bisa memperkirakan pun tidak bisa memastikan kadarnya, tempat dan waktunya secara tepat dan detail. Itulah tanda kebesaran Allah, sedang manusia yang lemah hanya bisa memperkirakan dengan tanda-tanda yang diberikan Allah Yang Maha Penyayang.
Asli dari naskah yang diterjemahkan:
استطلاع الغيب
ومن البدع استعلام حوادث الأمور من المنجمين، والضوارب بالحصاء والشعير، ونحو ذلك. وقد قال الله عز وجل لنبيه صلى الله عليه وسلم: (قل لا يعلم من في السموات والأرض الغيب إلا الله وما يشعرون أيان يبعثون)
وقد ورد عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: " من أتى عرافاً أو كاهناً فصدقه فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم."
والعراف من يتعاطى معرفة الشيء المسروق، ومكان الضالة، ونحوها؛
والكاهن المنجم ومن يدعي علم الأشياء المغيبات.
***
0 komentar